MAKALAH
PEMBELAJARAN
YANG BERPIJAK PADA TEORI BELAJAR HUMANISME
KATA
PENGANTAR
Segala
puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran dengan
judul “Pembelajaran Yang Berpijak Pada Teori Belajar Humanisme”. Dan terima
kasih pula kepada seluruh anggota kelompok 7 yang telah berperan aktif dalam
membantu penyelesaian tugas makalah ini.
Tak ada
gading yang tak retak.Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan adanya kritik, saran
maupun masukan yang membangun guna untuk melengkapi makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi orang lain dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... iii
BAB
1 PENDAHULUAN...................................................................................... 4
1.2 Latar
Belakang............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB
II PEMBAHASAN........................................................................................ 6
2.1 Pengertian
Teori Belajar Humanisme........................................................... 6
2.2 Tujuan
Teori Belajar Humanisme................................................................. 7
2.3 Tokoh
Pada Teori Belajar Humanisme......................................................... 8
2.4 Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Humanisme.............................. 16
BAB
III PENUTUP.............................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 17
3.2 Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Aliran
humanisme muncul pada tahun 90-an
sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan
behabvioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh
dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan
terus-menerus mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian
psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan
ha-hal yang bersifat positif tentang manusia.Teori belajar humanisme bertujuan
bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap
berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dati
sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih
mendekati bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding
tentang psikologi belajar. Teori humanisme lebih mementingkan isi yang
dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk membentuk manusia yang
dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga
perlu untuk dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan
ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,
teori humanisme sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat,
teori kepribadian, dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar.
Teori humanisme sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar
itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
a. Bagaimana
pengertian dari teori belajar humanisme?
b. Apa
tujuan dari teori belajar humanisme?
c. Siapa
saja tokoh-tokoh dalam teori humanisme?
d. Apa
saja kelebihan dan kekurangan teori belajar humanisme?
1.3
TUJUAN
a. Menjelaskan
pengertian dari teori humanisme.
b. Menjelaskan
tujuan dari teori belajar humanisme.
c. Menyebutkan
tokoh-tokoh dari teori humanisme.
d. Menjelaskan
kelebihan dan kekurangan pada teori belajar humanisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Teori Belajar Humanisme
Dalam
teori belajar humanistme proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia
itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses
belajar, dalam kenyataan teri ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini
lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bias kita amati dalam dunia
keseharian. Menurut teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia pun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik
adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang dad dalam diri mereka.
Dalam
pelaksanaannya, teori humanisme ini antara lain tampak juga dalam pendekatan
belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna
atau “Meaningful Lerning” yang juga
tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan
asimilasi bermakna.materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak
akan terjadi asimilasi pengetahuan baru kedalam struktur kognitif yang telah
dimilikinya teori humanisme berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memenusiakan manusia yaitu mencapai
aktualisai diari, pemahama diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara
optimal.
Pemahaman
terhadap belajar yang diidealkan menjadi teori humanisme dapat memanfaatkan
teori belajar apapun asal tujuannya memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan
teori humanisntic bersifat sangan eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa
setiap pendiriian atau pendekatan belajar tertentu akan ada kebaikan dan ada
pula klemahannya. Dalam arti ini elektisisme suatu system dengan membiarkan
unsure-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya. Teori
humanisme akan memanfaatkan teori-teori apapunasal tujuanya tercapai yaitu
memanusiakan manusia.
Manusia adalah
makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya hanya terpukau
pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Dengan pertimbangan
–pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari sudut
pandangnya masing–masing dan menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana
manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan
terdapat berbagai teori tentang belajar sesuai pandangan masing –masing.
2.2
Tujuan Teori Belajar Humanisme
Pengertian
humanisik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia
pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian
terpenting dalam proses pembelajaran adalah unsure manusianya. Humanisme lebih
melihat sisi perkembangan kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada
“ketidaknormala”atau “sakit”.manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk
menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi positif inilah yang
ingin dikembangka oleh teori humanisme
Teori
belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya
sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya bukan dati sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang ilmu filsafat, teori kepribadian
dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar. Teori humanisme lebih
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori
belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk
membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk
yang paling ideal.
2.3
Tokoh Pada Teori Belajar Humanisme
Tokoh
penting dalam teori belajar humanitik secara teoritik antara lain adalah
Arthur Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers..
1. Arthur Combs
Perasaan,
persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku batiniah yang
menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat memahami orang lain,
seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan
merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain,
seseorang harus mengubah persepsinya. Sesungguhnya para ahli psikologi
humanisme melihat dua bagian belajar, yaitu diperoleh informasi baru dan
personalisasi informasi baru tersebut.
a. Pemerolehan informasi baru
Peserta didik akan tertarik dan bersemangat untuk
belajar jika apa yang dipelajari akan menjadi suatu informasi baru yang
bermakna dan bermanfaat bagi dirinya.
b. Personalisasi informasi baru
Informasi baru yang dipahami peserta didik itu bukan
hasil transfer langsung dari guru ke peserta didik. Peserta didik sendirilah
yang mecerna dan mengolah apa yang disampaikan oleh guru menjadi sesuaidan
bermakna. Atrinya informasi itu diperolehnya sendiri dan peserta didik menjadi
pemilik informasi tersebut. Peran guru disini adalah sebagai pembimbing yang
mengarahkan.
Keliru jika guru berpendapatbahwa murid akan mudah
belajar kalau bahan pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, tetapi arti dan maknanya
tidak melekat pada bahan ajar itu, murid sendirilah yang mencerna dan menyerap
arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah
dalam mengajar bukanlah bagaimana pelajaran itu disampaikan,tetapi bagaimana membantu
murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut
dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa misinya
telah berhasil.
Semakin
jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat lingkaran
lingkaran (persepsi diri),semakin kurang pengaruhnya terhadap seseoarang.
Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran, maka semakin
besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi jelaslah maka
semakin banyak hal yang dipelajari oleh
murid segera dilupakan, karena tidak adakaitanya sama sekali dengan dirinya.
2. Abraham Maslow
Abraham
H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanisme. Karyanya di
bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi
manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasrkan atas asumsi bahwa dalam
diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang
melawan atau menghalangi pertumbuhan.
Maslow,
berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari
kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi.
Kebutuhan tersebut terbagi dalam lima tingkatan yaitu:
a. Kebutuhan jasmaniah atau dasar (basic needs), seperti makan, minum,
dan tidur menuntut sekali untuk dipuaskan.
b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan kesehatan, keamanan lingkungan, lapangan
kerja, sumber daya, dan terhindar dari bencana.
c. Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingnees needs), butuh cinta,
persahabatan, dan keluarga,kebutuhan menjadi anggota kelompok, dan sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), butuh kepercayaan diri, harga diri, prestasi, dan
penghargaan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), moralitas, kreativitas, dan ekspresi
diri.
Maslow
membedakan antara empat kebutuhan pertama dengan satu kebutuhan yang berikutnya
(kebutuhan teratas). Keempat kebutuhan yang pertama disebut deficiency neds
(kebutuhan yang timbul karena kekurangan) pemenuhan kebutuhan ini pada
umumnyabergantung pada orng lain. Sedangkan satu kebutuhan yang lain dinamakan growth
needs (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia
itu sendiri.
Apabila
seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah
tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinyankebutuhan aktualisasi
diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan
tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil,tidaklah sama pada setiap
orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni
dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman.
Implikasi
dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses
belajar-mengajar misalnya, guru mestinnya memperhatikan teori ini. Apabila guru
menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan
mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru
tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami
barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah
kebutuhan untuk tahu dan mengerti.bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak
melakukan makan pagi yang cukup, smalaman tidak tidur dengan nyenyak, atau ada
masalah pribadi/keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
3. Carl R. Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi
awalnya disebut non directive atau terapi yang berpusat pada klien (client
centered therapy), dan pioneer dalam risetnya pada proses terapi. Pendekatan
terapi yang berpuast pada klien dari Rogers sebagi metode untuk memahami orang
lain, menangani masalah-masalah gangguan
emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanisme dan holism
terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami
diri dan pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh dan lebih
dapat menjadi dirinya sendiri.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
a. Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang
menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga timbul persepsi baru.
Dengan demikian ia akan banyak mengalami emosi (emosional) baik yang positif
maupun yang negative.
b. Kehidupan ekstansial
Kualitas dari kehidupan ekstansial dimana orang
terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru,
dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respon atas
pengalaman selanjutnya.
c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seorang membuka
diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku
menurut apa yang dirasakannya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia
dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d. Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu
pilihan tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara
alternative pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan
berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya masa depan tergantung
pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa pada masa lampau sehingga ia dapat
melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupanya dan merasa mampu melakukan apa
yang saja yang ingin dilakukanya.
e. Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan
kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki
kreativitas dengan cirri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah,
bertumbuh, dan berkembang sebagai respon atas stimulus kehidupan yang beraneka
ragam disekitarnya.
Calr R. Rogers merupakan ahli psikologi humanisme yang
gagasan-gagasnnya berpebgaruh terhadap pukiran dan praktek psikologi di semua
bidang, baik klinis, pedidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang
pendidikan , Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsis-prinsip belajar
humanisme.Dalam buku Freedom to Learn, Rogers mengemukakan prinsip-prinsip
belajar humanisme yang penting adalah sebagia berikut :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi
pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri mudah
dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin
kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri peserta didik rendah,
pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan
terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh peserta didik dengan
melakukannya.
g. Belajar diperlancar jika peserta didiknya dilibatkan
dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar.
h. Keprcayaan terhadap diri sendiri,
kemerdekaan,kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika peserta didiknya
dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan penilaian dari
orang lain merupakan cara kedua yang penting.
i.
Belajar yang
paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuan kedalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Berdasarkan
prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rogers diatas,
secara singkat inti prinsip belajar humanisme adalah sebagai berikut
:
a. Hasrat
untuk Belajar
Menurut Rogers,manusia mempunyai hasrat alamiah untuk
belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tau anak apabila diberi
kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar
ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanisme. Di dalam kelas yang humanism
anak-anak diberi kesempatan dan bebas untuk memuaskan dorongan ingin tahunya,untuk
memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang
dunia di sekitarnya.
b. Belajar
yang berarti
Belajar akan mempunyai arti atau mekne apabila apa yang
dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar
adengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.
c. Belajar
tanpa ancaman atau hukuman
Belajar mudah dilakukan dan hasilanya dapat disimpan
dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman atau
hukuman. Proses belajar akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji
kemampuanya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan
tan pa mendapat kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.
d. Belajar
atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan
atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu
memilih arah arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan
mengulurkan kesempatan kepada murid untuk
“belajar bagaimana caranya belajar” (to learn how to learn). Tidak perlu
diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak ebih
penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah,
menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif
sendiri memusatkan perhatian murid baik paa proses maupun hasil belajar.Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid
menjadibebas, tidak bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid
belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang
dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melekukan penilaian. Dia juga
lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kuran bersandar pada penilaian pihak
lain.Disamping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua
aspek pribadi, kognitif, maupun afektif. Rogers dan para ahli humanisme yang
lain menanamkan jenis belajar ini sebagai whole
– person learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan pribadi
yang utuh. Para ahli humanisme percaya, bahwa belajar dengan tipwe ini akan
menghasilkan perasaan memiliki (feeling of belonging) pada diri murid. Dengan
demikian, murid akan merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat menangani
tugas-tugas dan yang terpenting adalah senantiasa bergairah untuk terus
belajar.
e. Belajar
dan perubahan
Prinsip terakhir yang dikamukakan oleh Rogers ialah
bahwa yang paling bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar. Menurut
Rogers, diwaktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan
gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat berubah, dan apa yang
diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat
ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan
teknologi selalu maju dan melaju.apa yang dipalajari di masa lalu tidak
membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan
datang. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu
belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.
2.5
Kelebihan
dan Kekurangan Dari Teori Belajar Humanisme
Kekurangan
Peserta didik kesulitandalam mengenali diri dan
potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
Kelebihan
Dalam pembelajaran pada teori ini siswa dituntutuntuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai
diri dengan sebaik-baiknya.
Selain itu Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan
pada ilmu psikologi dan budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang
menerima gagasan ini ketika teori tersebut membahas tentang kepribadian,
pengalaman subjektif manusia mempunyai bobot yang lebih tinggi daripada relitas.
BAB III
PENUTUPAN
3.1
KESIMPULAN
Menurut Teori humanisme, tujuan belajar
adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si
pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
3.2
SARAN
Belajar
inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam.