BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Padepokan Keris Brojobuwono ini berada di
Wonosari, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jateng.
Padepokan
Brojobuwono, yang didirikan oleh Bambang Gunawan dan Basuki Teguh Yuwono pada
tahun 1999 , adalah sebuah kompleks tempat pembuatan keris sekaligus
museum keris.
Museum
keris merupakan sebuah tempat di mana koleksi keris-keris jaman dahulu dapat
diakses oleh masyarakat luas sekarang.
Museum
ini buka setiap hari Selasa sampai Minggu, pukul 09.00 WIB-15.00 WIB.
Pengunjung
yang datang dan masuk ke tempat ini tidak dipungut biaya alias gratis.
Selain
museum dan besalen (tempat pembuatan keris), di Padepokan Keris Brojobuwono
terdapat juga museum fosil.
Adapun
keris merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO sejak
tahun 2005.
Keris
ditetapkan sebagai The Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Padepokan Brojobuwono yang
memposisikan diri sebagai pusat pelestarian keris Indonesia, memiliki tiga
pilar dalam mengarahkan biduknya. Pilar pertama adalah menghormati masa lalu
dengan merawat keris yang dicipta oleh empu di masa lalu, dan menyebarluaskan
kepada masyarakat.
Sedangkan pilar kedua adalah
menyebarkan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat, melalui kegiatan seminar
maupun penyebarluasan buku-buku tentang keris, termasuk penulisan buku tentang
keris.
Pilar ketiga, dengan pembuatan
karya-karya masterpiece, pembuatan keris yang berkualitas.
Menurut sang pemilik sekaligus
pendirinya, Museum Brojobuwono merupakan tempat di mana karya-karya keris di
masa lalu dikoleksi dan bisa diakses umum.
Menyatu dalam satu kompleks juga
terdapat besalen atau tempat pembuatan keris.
Terbuka
untuk Umum
Proses pembuatan keris ini pun
terbuka bagi masyarakat umum bagi yang ingin mempelajarinya.
Sejumlah buku tentang keris juga
telah diterbitkan oleh Padepokan Brojobuwono, dan disebarluaskan kepada
khalayak.
Antara lain, buku berjudul
Indonesian Kris -an Introduction, Padepokan Brojobuwono, The Indonesian
Kris Preservation centre.
Penyebaran informasi tentang
keris juga dilakukan dengan membagikan buku kepada masyarakat, misalnya Keris
Naga, buku yang didanai oleh pemerintah.
Buku itu ditulis oleh Basuki
Teguh Yuwono, salah satu pendiri padepokan yang juga pengajar di Institut Seni
Indonesia Surakarta (ISI).
Penyebarluasan juga dilakukan
melalui multimedia dengan pembuatan film, antara lain, Mengenal Keris Indonesia
dan Teknologi Pamor Indonesia.
Sejumlah seminar juga dilakukan
guna lebih mendekatkan keris, baik kepada masyarakat maupun kepada pelajar
selaku generasi muda penerus bangsa.
Padepokan Brojobuwono juga
mendukung sejumlah siswa SMU untuk pembuatan Karya Ilmiah Remaja (KIR)
tentang keris, misalnya SMU Warga, Solo, yang melakukan studi ke sejumlah
tempat pembuatan keris di Bali.
B.
Rumusan Masalah
1
Sejarah tentang keris
2
Bentuk dan jenis keris
3
Pembuatan keris
C.
Tujuan penulisan
1
Nengetahui sejarah pusaka keris?
2
Mengetahui jenis dan bentuk
keris?
3
Mengetahui cara pembuatan keris?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
pusaka keris di java
Keris adalah salah satu karya nenek moyang
bangsa Indonesia dalam khasanah budaya tradisional. Pembuatan karya seni ini
menggunakan teknik tempa yang sangat rumit. Kerumitan ini terletak padaseni
tempa pamor yang indah, yang dahulu sangat tidak terjangkau oleh pemikiran
awam. Ada tanggapan dari sbagian masyarakat bahwa pamor pada sebilah keris
memiliki kekuatan magis, makhluk gaib dan supranatural lainnya. Karena itu
dapat dipahami kenapa dari dulu hingga sekarang pun keris menjadi benda yang
dikeramatkan oleh sebagian orang. Hingga memerlukan perawatan seperti harus
memandikan, memberi sesajen dan sebagainya.
Pada awalnya keris memang dibuat sebagai
senjata tikam. Namun, lambat laun fungsinya berubah menjadi benda seni,
pengungkapan falsafah, maupun perwujudan simbol dan harapan. Keris juga di
anggap pusaka, khususnya untuk masyarakat Jawa. Anggapan ini memang berakar
dari kepercayaan masa lau mengenai animisme dan dinamisme, Hindu, Budha, dan
bahkan nilai-nilai Islam pun harus diperhitungkan dalam memahami dunia
perkerisan.
Keris dan tosan aji serta senjata
tradisional lainnya menjadi khasanah budaya Indonesia, tentunya setelah nenek
moyang kita mengenal besi. Berbagai bangunan candi batu yang dibangun pada
zaman sebelum abad ke-10 membuktikan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itu
telah mengenal peralatan besi yang cukup bagus, sehingga mereka dapat
menciptakan karya seni pahat yang bernilai tinggi. Namun apakah ketika itu
bangsa Indonesia mengenal budaya keris sebagaimana yang kita kenal sekarang,
para ahli baru dapat meraba-raba.
Gambar timbul (relief) paling kuno yang
memperlihatkan peralatan besi terdapat pada prasasti batu yang ditemukan di
Desa Dakuwu, di daerah Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Melihat bentuk
tulisannya, diperkirakan prasasti tersebut dibuat pada sekitar tahun 500
Masehi. Huruf yang digunakan, huruf Pallawa. Bahasa yang dipakai adalah bahasa
Sanskerta.
Prasasti itu menyebutkan tentang adanya
sebuah mata air yang bersih dan jernih. Di atas tulisan prasasti itu ada beberapa
gambar, di antaranya: trisula, kapak, sabit kudi, dan belati atau pisau yang
bentuknya amat mirip dengan keris buatan Nyi Sombro, seorang empu wanita dari
zaman Pajajaran.
Sementara itu istilah ‘keris’ sudah
dijumpai pada beberapa prasasti kuno. Lempengan perunggu bertulis yang
ditemukan di Karangtengah, berangka tahun 748 Saka, atau 842 Masehi,
menyebut-nyebut beberapa jenis sesaji untuk menetapkan Poh sebagai daerah bebas
pajak, sesaji itu antara lain berupa ‘kres’, wangkiul, tewek punukan, wesi
penghatap.
Kres yang dimaksudkan pada kedua prasasti
itu adalah keris. Sedangkan wangkiul adalah sejenis tombak, tewek punukan
adalah senjata bermata dua, semacam dwisula.
Pada lukisan gambar timbul (relief) Candi Borobudur, Jawa Tengah, di sudut bawah bagian tenggara, tergambar beberapa orang prajurit membawa senjata tajam yang serupa dengan keris yang kita kenal sekarang. Di Candi Prambanan, Jawa Tengah, juga tergambar pada reliefnya, raksasa membawa senjata tikam yang serupa benar dengan keris. Di Candi Sewu, dekat Candi Prambanan, juga ada. Arca raksasa penjaga, menyelipkan sebilah senjata tajam, mirip keris.
Pada lukisan gambar timbul (relief) Candi Borobudur, Jawa Tengah, di sudut bawah bagian tenggara, tergambar beberapa orang prajurit membawa senjata tajam yang serupa dengan keris yang kita kenal sekarang. Di Candi Prambanan, Jawa Tengah, juga tergambar pada reliefnya, raksasa membawa senjata tikam yang serupa benar dengan keris. Di Candi Sewu, dekat Candi Prambanan, juga ada. Arca raksasa penjaga, menyelipkan sebilah senjata tajam, mirip keris.
Cerita mengenai keris yang lebih jelas
dapat dibaca dari laporan seorang musafir Cina bernama Ma Huan. Dalam
laporannya Yingyai Sheng-lan di tahun 1416 Masehi ia menuliskan pengalamannya
sewaktu mengunjungi Kerajaan Majapahit.
Ketika itu ia datang bersama rombongan Laksamana Cheng-ho atas perintah Kaisar Yen Tsung dari dinasti Ming. Di Majapahit, Ma Huan menyaksikan bahwa hampir semua lelaki di negeri itu memakai pulak, sejak masih kanak-kanak, bahkan sejak berumur tiga tahun. Yang disebut pulak oleh Ma Huan adalah semacam belati lurus atau berkelok-kelok. Jelas ayang dimaksud adalah keris.
Ketika itu ia datang bersama rombongan Laksamana Cheng-ho atas perintah Kaisar Yen Tsung dari dinasti Ming. Di Majapahit, Ma Huan menyaksikan bahwa hampir semua lelaki di negeri itu memakai pulak, sejak masih kanak-kanak, bahkan sejak berumur tiga tahun. Yang disebut pulak oleh Ma Huan adalah semacam belati lurus atau berkelok-kelok. Jelas ayang dimaksud adalah keris.
Kata Ma Huan dalam laoparan itu: These daggers
have very thin stripes and within flowers and made of very best steel; the
handle is of gold, rhinoceros, or ivory, cut into the shapeof human or devil
faces and finished carefully.
Laporan ini membuktikan bahwa pada zaman
itu telah dikenal teknik pembuatan senjata tikam dengan hiasan pamor dengan
gambaran garis-garis amat tipis serta bunga-bunga keputihan. Senjata ini dibuat
dengan baja berkualitas prima. Pegangannya, atau hulunya, terbuat dari emas,
cula badak, atau gading. Tak pelak lagi, tentunya yang dimaksudkan Ma Huan
dalam laporannya adalah keris yang kita kenal sekarang ini.
•
Fungsi dan Pemanfaatan Keris di Jawa
Fungsi utama dari senjata tajam pusaka
dulu adalah alat untuk membela diri dari serangan musuh, dan binatang atau untuk
membunuh musuh. Namun kemudian fungsi dari senjata tajam seperti keris pusaka
atau tombak pusaka itu berubah. Di masa damai, kadang orang menggunakan keris
hanya sebagai kelengkapan busana upacara kebesaran saat temu pengantin. Maka
keris pun dihias dengan intan atau berlian pada pangkal hulu keris. Bahkan
sarungnya yang terbuat dari logam diukir sedemikian indah, berlapis emas
berkilauan sebagai kebanggaan pemakainya..
Ada pepatah yang menyatakan : “Penghargaan
pada seseorang tergantung karena busananya.” Mungkin pepatah itu lahir dari
pandangan psikolog yang mendasarkan pada kerapian, kebersihan busana yang
dipakai seseorang itu menunjukkan watak atau karakter yang ada dalam diri orang
itu. Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pada umumnya untuk suatu perhelatan
tertentu, misalnya pada upacara perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan
busana Jawi jangkep (busana Jawa lengkap). Dan kewajiban itu harus ditaati
terutama oleh mempelai pria, yaitu harus menggunakan/memakai busana pengantin
gaya Jawa yaitu berkain batik, baju pengantin, tutup kepala (kuluk) dan juga
sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa harus keris? Karena keris itu
oleh kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan sebagai simbol “kejantanan.” Dan
terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam
upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang
pusaka.
Yang menarik hati adalah keris yang
dipakai untuk kelengkapan busana pengantin pria khas Jawa. Keris itu dihiasi
dengan untaian bunga mawar melati yang dikalungkan pada hulu batang keris.
Ternyata itu bukan hanya sekedar hiasan, melainkan mengandung makna untuk
mengingatkan orang agar jangan memiliki watak beringas, emosional, pemarah,
adigang-adigung-adiguna, sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri. Bicara
keris juga tidak bisa dipisahkan dari sarungnya (warangka). Hubungan keris
dengan sarungnya secara khusus oleh masyarakat Jawa diartikan secara filosofi
sebagai hubungan akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan hidup di dunia.
Maka lahirlah filosofi “manunggaling kawula – Gusti”, bersatunya abdi dengan
rajanya, bersatunya insan kamil dengan penciptanya, bersatunya rakyat dengan
pemimpinnya, sehingga kehidupan selalu aman damai, tentram, bahagia, sehat
sejahtera. Selain saling menghormati satu dengan yang lain masing-masing juga
harus tahu diri untuk berkarya sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing
secara benar. Demikianlah makna yang dalam dari tosan aji sebagai karya seni
budaya nasional yang mengandung pelbagai aspek dalam kehidupan masyarakat Jawa
pada umumnya.
B.
Betuk dan Jenis Keris
Pada suatu saat
dimana kita mengamati liku lekuk garis pamor keris, akan tersirat pembacaan
akan suatu kesan. Kemudian bahasa semiotik menjabarkan
pengambaran simbol-simbol tersebut berkaitan dengan jalan kehidupan manusia.
Garis bulat merepentasikan kesan air (rejeki). Sedang garis lurus dikesankan
sebagai simbol penolak bencana(singkir) dan keburukan dalam kehidupan, dan
beberapa penyederhanaan merumuskan pola, seperti bentuk flora yang bergaris
menjulang sebagai gambaran ambisi kejayaan dalam kehidupan manusia. Pengertian
Pamor lebih mudahnya adalah gambar yang terdapat di sebuah bilah tosan aji.
Penamaan untuk pamor keris berlaku juga untuk tosan aji lainnya seperti Tombak,
Wedung, Pedang dsb. Di dalam setiap pamor terkandung filosofi nilai moral
(ajaran hidup) dan spiritual (maksud, harapan, doa) sang empu dan sang
pemilik.
D. Pembuatan keris
Keris
tidak hanya sebagai sebuah senjata tetapi dapat diartikan sebagai pelindung
dari segala macam gangguan baik fisik maupun gaib. Pembuatan keris di Padepokan
Brojobuwono bersifat eksklusif,artinya berbeda orang akan bisa berbeda keris
yang pantas atau sesuai dengannya.
Oleh
karena itu ketika seseorang memutuskan untuk membuat keris, biasanya akan
dilakukan konsultasi tentang keris apa yang cocok dengan pemesan. Sebab keris
mengandung nilai simbolik dengan ragam ratusan perlambang, mulai dari jenis dhapur
maupun pamor dan bagian lainnya.
Berpijak
pada kenyataan bahwa nilai dan makna keris menjadi norma dalam berpikir dan
berperilaku yang pada akhirnya membentuk identitas dan karakter masyarakat
Indonesia, maka Padepokan Brojobuwono selalu melibatkan pemesan dalam laku
ritual terkait dengan proses pembuatannya. Keris merupakan visualisasi dari
konsep manunggaling kawula lan gusti (lambang meleburnya manusia dengan
Tuhannya).
Laku
ritual itu seperti pembersihan diri yang dapat ditempuh antara lain dengan
berpuasa. Sebelum proses produksi dimulai juga dilakukan ritual doa memohon
keselamatan dan kelancaran selama proses pembuatan keris
Proses
awal yang dilakukan adalah berupa pembuatan spongs besi dari pasir alam yang
kemudian akan dicampur dengan materia lainnya seperti besi O1 maupun nikel
dalam takaran tertentu. Pembentukan bilah keris dengan pamor sesuai yang
direncanakan dilakukan dengan proses manual tempa dan lipat ratusan kali.
Setelah
selesai, dilakukan proses finishing dengan penyepuhan maupun warangan (merendam
dalam larutan arsenik). Ketika semua proses usai, akan dilakukan doa selamatan
serta keris dikirab keliling desa pada tengah malam.
Pemesan
juga akan mendapatkan dvd tentang proses pembuatan keris yang dipesannya serta
keris akan diberikan sertifikat dan juga bukti uji laboratorium terhadap
material yang digunakan sebagai bahan keris.
Hinga
kini Padepokan Brojobuwono telah memproduksi keris dari beragam pasir alam
seperti pasir sungai Mahakam, Kalimantan, pasir sungai Bengawan Solo, pasir
sungai danau Tambelingan, Bali, maupun pasir gunung Merapi.
Pengoleksi
karya Padepokan Borojobuwono adalah para kolektor keris baik di dalam negeri
maupun luar negeri seperti Filipina, Perancis maupun Amerika.
BAB III
PEMUTOP
A. Kesimpulan
Keris
digunakan sebagai simbol untuk memberitahu identitas pemiliknya. Hanya dengan
melihat bentuknya saja, orang sudah tahu dari mana seseorang berasal. Karena
memang setiap daerah memiliki bentuk keris yang berbeda-beda. Ada yang
mempunyai keluk, atau berkelok-kelok, dan ada yang lurus seperti pedang. Untuk
yang mempunyai keluk, jumlahnya harus ganjil karena nanti yang menggenapi
adalah si empunya keris. Contoh lainnya, keris dari Bali memiliki ukuran yang
cukup panjang dan bagian hulu atau pegangan keris biasanya mempunyai ukiran
dewa-dewa. Lain lagi dengan keris dari Banten yang ukurannya lebih pendek dari
pada keris dari Bali. Bagian hulunya biasanya mempunyai ukiran burung.
Sedangkan keris dari
Sumatra, ukurannya paling pendek jika dibandingkan dengan keris dari Jawa dan
Bali.
B.
Saran
Kami
mengangkat ke senian dari keris ini untuk mengenalkan budaya nenek moyang
kepada gererasi yang mendatang. Untuk tujuan baik ini supaya nantinya generasi
mendatang tau tentang kesenian keris. Pesan dari belio museum keris brojobuono
keris bukan untuk sesnjata melain kan symbol identitas pemilik nya. Sekian
saran dari kami kulrang lebih nya kami mohon maaf.
LAMPIRAN
youtube.com : Video Dodl : Free - Video Gaming DVD Lyrics - Videosl
BalasHapusVideo Dodl: youtube to mp3 convertor Free - Video Gaming DVD Lyrics - Videosl, song Reviews, Albums, Music, Reviews - - Videosl, Free - Video Gaming DVD DVD Lyrics - Videosl.cc -.